Monday, December 4, 2017

sejarah candi borobudur seabagai warisan budaya bangsa



SEJARAH CANDI BOROBUDUR
SEBAGAI WARISAN BUDAYA
BANGSA


LAPORAN

OLEH :
DIAN SETIA KURNIAWAN
NISN : 0006176570


Hasil gambar untuk LOGO IKHLAS BERAMAL




MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PRINGSEWU
KABUPATEN PRINGSEWU
 2017

SEJARAH CANDI BOROBUDUR
SEBAGAI WARISAN BUDAYA
BANGSA


LAPORAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Mengikuti UAMBN Madrasah Aliyah Negeri 1 Pringsewu
Tahun Ajaran 2017/2018

OLEH :
DIAN SETIA KURNIAWAN
NISN : 0006176570


Hasil gambar untuk LOGO IKHLAS BERAMAL



MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PRINGSEWU
KABUPATEN PRINGSEWU
2017
PERSETUJUAN
Judul Karya Tulis               : SEJARAH CANDI BOROBUDUR SEBAGAI
  WARISAN BUDAYA BANGSA
Nama Siswa                     : DIAN SETIA KURNIAWAN
NISN                               : 0006176570
Jurusan                            : Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam (MIA)



Laporan ini disetujui oleh pembimbing pada :
Hari/Tanggal :


Pembimbing 1





Siti Nurhasanah S,Pd
NIP 198107022005012006
Pembimbing 2





Firdayati S,Ag
NIP 197304152003122002






PENGESAHAN
1.     Tim Penguji
Ketua               : Drs.Hilal Fikri, M.M                             (                  )
  NIP 196910012005011001

Sekertaris         : Yunizar, S.Pd. MM                    (                  )
                         NIP 197606232003121001

Penguji             : Diyah Yuniyarti, S.Pd.I              (                  )
                               NIP 197906072007102003


2.     Kepala MAN 1 Pringsewu



Drs. Nauval
NIP 196711211994031005





Laporan ini disahkan pada tanggal : ………………………………………2017





PERSEMBAHAN
Laporan ini saya persembahkan kepada :
1.    Ayahanda tercinta Dahyani dan Ibunda tercinta Baniati yang telah membesarkan, mendidik, serta membiayai terwujudnya laporan ini.
2.    Adik M Fikri Alfandi yang selalu mendoakan.
























MOTTO


“Kesuksesan adalah hasil dari kerja keras”
(Penulis)





















KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis “Sejarah Candi Borobudur Sebagai Warisan Bangsa”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rosulullah SAW, Kepada keluarga dan sahabat.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti UAMBN dan UN Tahun Pelajaran 2017/2018 di MAN 1 Pringsewu.

Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulisan karya tulis ini, baiik berupa dorongan moril maupun material, yaitu kepada :
1.    Bapak Drs. Nauval, selaku kepala MAN 1 Pringsewu
2.    Siti Nurhasanah, S.Pd selaku pembimbing I
3.    Ibu Firdayati, S.Ag selaku wali kelas dan pembimbing II
4.    Bapak dan Ibu guru MAN 1 Pringsewu

Pringsewu,                       2017
Penulis



Dian Setia Kurniawan
NISN 0006176570
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pajaresuk Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu pada tanggal 14 Maret 1999, merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Dahyani dan Ibu Baniati.



PENDIDIKAN

NO
NAMA
TAHUN PELAJARAN
SEKOLAH
TEMPAT
1
SDN 1 Pajaresuk
Pajaresuk,
2012
2
SMP Muhammadiyah 1
Pringsewu
2015
3
MAN 1 Pringsewu
Pringsewu
Masih ditempuh


Pringsewu,                       2017
Penulis



Dian Setia Kurniawan
NISN 0006176570





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................  iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................  iv
HALAMAN MOTTO..................................................................... v
HALAMAN PENGANTAR............................................................ vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP.................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................... x

BAB I    PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah............................................. 1
B.     Rumusan Masalah..................................................... 1
1.     Identifikasi Masalah............................................. 1
2.     Perumusan Masalah............................................. 1
C.     Tujuan Laporan........................................................ 2
D.     Manfaat laporan....................................................... 2

BAB II   PROSEDUR PENELITIAN
A.     Metode Penelitian..................................................... 4
B.     Teknik Pengumpulan Data.......................................... 4
C.     Sumber Data............................................................ 5
D.     Langkah-Langkah Penelitian....................................... 5
E.     Teknik Pengelolaan dan Analisis Data.......................... 5
F.      Waktu Penelitian....................................................... 5

BAB III  PEMBAHASAN
A.     Sejarah Candi Borobudur........................................... 6
B.     Candi Borobudur Diterlantarkan................................. 7
C.     Penemuan Kembali.................................................... 10
D.     Penyelamatan Candi Borobudur.................................. 12
E.     Asal Usul Nama Candi Borobudur................................ 14
F.      Bangunan Candi Borobudur........................................ 1

BAB IV  KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Simpulan................................................................. 21
B.     Saran...................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




















DAFTAR GAMBAR


Gambar 1 Candi Borobudur........................................................... 24
Gambar 2 Arsitektur Candi Borobudur............................................ 24

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki banyak peninggalan bersejarah. Salah satu diantaranya adalah Candi Borobudur yang berlokasi di desa Borobudur Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Bukan hanya menjadi peninggalan sejarah, Candi Borobudur merupakan budaya Indonesia

B.   Rumusan Masalah
1.    Identifikasi masalah
Sejarah pembangunan Candi Borobudur yang akurat dan akuntabel sampai saat ini belum ditemukan karena tidak ditulis secara jelas dan rinci. Adapun informasi tentang pembangunan candi hanya dapat dari cerita rakyat dan apa yang tersurat pada relief candi.
Mengenai berapa lama dibangun, bagaimana teknik membangun dengan peralatan apa dibangun, dan sebagainya. Para arkeolog dan sejarawan belum berani memastikan.

2.    Perumusan Masalah
Dalam menyusun laporan ini, penyusun merumuskan masalah yaitu:
1.     Bagaimana Sejarah Candi Borobudur?
2.     Dimana letak Candi Borobudur?
3.     Bagaimana penyelamatan yang dilakukan di Candi Borobudur?
4.     Bagaimana bangunan Candi Borobudur?

C.   Tujuan Penulisan
a.   Mengenal lebih lanjut tentang sejarah masa lalu Candi Borobudur
b.  Menambah wawasan dan pengetahuan pada siswa mengenai Candi Borobudur
c.   Mengetahui cara untuk melestarikan keindahan Candi Borobudur
d.  Belajar mencintai dan melindungi warisan Budaya Bangsa
e.   Melatih dari dalam menyusun suatu masalah kedalam bentuk tulisan

D.   Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1.     Bersifat Teoritis
a.     Memperoleh pengetahuan dan berbagai macam informasi tentang Objek Wisata Candi Borobudur.
b.     Menambah wawasan keilmuan bagi pelajar dan pengetahuan tentang sejarah Candi Borobudur.




2.     Bersifat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan daoat memberikan gambar mengenai keadaan Candi Borobudur supaya tetap mempertahankan pesonanya di kancah dunia.






















BAB II
PROSEDUR PENELITIAN
A.   Metode Penelitian
Dalam memperoleh data untuk karya tulis ini penyusun melakukan beberapa cara :
1.  Melakukan tinjauan langsung ke Candi Borobudur di Magelang, Yogyakarta.
2.  Melakukan study literatus untuk mencari data di perpustakaan MAN 1 Pringsewu
3.  Mencari informasi seputar melalui internet.

B.   Teknik Pengumpulan Data
a.  Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data awal selama penelitian di objek Candi Borobudur.
b.  Studi Pustaka
Teknik studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan menggunakan semua bahan tertulis yang relevan dengan pembahasan karya tulis. Dalam hal ini penulis membaca buku yang berkaitan dengan Candi Borobudur.


c.  Sumber Data
Sumber data sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan tentang Candi Borobudur, data-data penelitian.
d.  Langkah-langkah Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini penulis malakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.     Tahap Perencanaan
2.     Observasi
3.     Mengumpulkan data
e.  Teknik pengolahan dan Analisis Data
Untuk mengolah dan menganalisis data penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah :
1.     Mengklasifikasikan data
2.     Menganalisis data
3.     Memberi kesimpulan
f.   Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis laksanakan di objek wisata Candi Borobudur waktu penelitian yaitu pada tanggal 19 Desember 2016.





BAB III
PEMBAHASAN
A.   Sejarah Candi Borobudur
1.  Pendiri dan Waktu Didirikan
a.      Pembangunan
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi KemaharajaanSriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 – 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratunggapada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomertomenunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu.
BerdasarkanPrasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang amper bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.
Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu wangsa sailendra yang menghapus Budha dan wangsa sanjaya yang memuja siwa yang kemudian wangsa sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidak jelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan. Candi megah yang dibangun oleh pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa sailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini.

b.     Tahap Pembangunan Bodobudur
Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan Borobudur.
Tahap pertama: Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.

B.   Candi Borobudur Ditelantarkan
Borobudur tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode ini.
Setelah kembali ke amper, sang Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga, mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria.

C.   Penemuan kembali
Setelah Perang Inggris-Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan artefak-artefak ampe kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini.
Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini
Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cenderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda ampe. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur.
Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional Bangkok


D.   Penyelamatan Candi Borobudur
1.     Pemugaran Pertama Candi Borobudur
Karena keadaan Candi Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900 dibentuk suatu panitia khusus, diketuai Dr. J.L.A. Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr. J.L.A. Brandes meniggal tahun 1905 namun laporan bersama yang disusun tahun 1902 membuahkan rancangan pemugaran. Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya pengrusakan sengaja yang dilakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobudur.Kemudian pada tahun 1926 dibentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu dan relief-reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada tiga macam kerusakan yang masing-masing di sebabkan oleh:
1.     korosi, yang disebabkan oleh pengaruh iklim
2.     kerja mekanis, yang disebabkan tangan manusia atau kekuatan lain yang datang dari luar
3.     kekuatan tekanan, kerusakan karena tertekan atau tekanan batu-batunya berupa retak-retak, bahkan pecah.
2.     Pemugaran Kedua Candi Borobudur
Usaha penyelamatan berikutnya dilakukan pada tahun 1963 oleh pemerintah Republik Indonesia dengan adanya pemberontakan G-30-S/PKI. Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada tahun itu juga UNISCO akan membantu pemugaran. Pada tahun 1969 Presiden membubarkan Panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada Mentri Perhubungan, bahkan pada tahun 1970 atas prakarsa UNISCO diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk membahas rencana pemugaran. Kesepakatan yang diperoleh adalah membongkar dan kemudian memasang kembali batu-batu bagian Rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Candi Borobudur. Persiapan pemugaran memakan waktu selama dua tahun dan kegiatan fisiknya yaitu dimulai pembongkaran batu-batu candi dimulai tahun 1975. Dengan menggerakan lebih dari 600 pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan Candi yang di pugar adalah bangunan rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan ditandai penandatangan prasati.

E.   Asal Usul Nama Candi Borobudur
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.
Misalnya kata amperur berasal dari ucapan “Para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi amperur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

F.    Bangunan Candi Borobudur
1.     Arsitektur Bangunan
Candi Borobudur di bangun menggunakan batu adhesit sebanyak 55.000. Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tangga naik ke-4 sisinya (utara, selatan, barat, timur). Pada candi tidak ada ruangan dimana orang takbisa masuk, melainkan bisa naik ke atas saja.
-          Lebar bangunan Candi Borobudur             = 123 meter
-          Panjang bangunan Cabdi Borobudur         = 123 meter
-          Tinggi bangunan Cabdi Borobudur           = 34,5 meter
-          Keliling Cabdi Borobudur                         = 492 meter

Candi Borobudur mempunyai bilik atau ruang didalamnya, oleh karena itu, bukan hanya berfungsi untuk bangunan candi, sesungguhnya ada jenjang-jenjang dan lorong-lorong dimaksudkan sebagai pengantar serta pemandu para pengunjung untuk menuju ke puncak melalui jalan keliling dari satu tingkat ke tingkat berikutnya.

Jalan atau lorong setingkat demi setingkat sesuai dengan aliran Budha, adapun tingkatan-tingkatan itu pada dasarnya dapat pula diterapkan dalam pembagian alam semesta menjadi tiga dunia.

1.     Kamadhatu (Dunia Paling Bawah)
Disebut juga sebagai dunia hasrat, dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan dikuasai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, relif-relif ini terdapat pada kaki candi yang asli menggambarkan adegan-adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.

2.     Rupadhatu (Dunia Yang Lebih Tingg)
Disebut juga sebagai dunia dalam rupa, dalam tingkatan ini manusia telah meninggalkan hasratnya tetapi masih terikat pada nama dan rupa. Bagian ini terdapat pada tingkat 1 sampai 5.

3.     Arupadhatu (Dunia Yang Tinggi)
Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, yaitu tempat para dewa. Bagian ini terdapat pada teras I, II dan III beserta stupa induk.

2.     Patung
Didalam bangunan Budha terdapat patung-patung Budha berjumlah 504 buah, diantaranya:
Patung Budha pada ruang-ruang terdapat 432 buah, pada teras I, II, III terdapat 72 buah, sehingga jumlah total 504 buah.
Agar lebih jelas susunan-susunan patung Budha sebagai berikut:
Langkah kesatu               : 104 patung Budha
Langkah kedua                : 104 patung Budha
Langkah ketiga               : 88 patung Budha
Langkah keempat            : 72 patung Budha
Langkah kelima               : 64 patung Budha
Teras bundar kesatu        : 32 patung Budha
Teras bundar kedua         : 24 patung Budha
Teras bundar ketiga         : 16 patung Budha
Jumlah                           : 504 patung Budha

Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya, tetapi sesunguhnya ada juga perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah dalam setiap tangannya yang di sebut Mudra yang merupakan ciri khas untuk setiap patung. Sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam karena keenam macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) dan pada umumnya menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5 mudra itu adalah Bhumispara Mudra, Dhayana Mudra, Abhaya Mudra, dan Dharma Cakra Mudra.

Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi, bila dihitung jumlahnya kurang karena berbagai sebab.

3.     Stupa
Pada Candi Borobudur terdapat beberapa stupa, antara lain :
a.      Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya. Terletak di tengah-tengah paling atas yang merupakan mahkota dari seluruh monumen Candi Borobudur. Garis tengah stupa induk 9,90 meter, puncak yang paling tinggi disebut pineka.
b.     Stupa Berlubang
Merupakan stupa yang terdapat pada teras I, II, III dimana didalamnya terdapat patung budha.
c.      Stupa kecil
Bentuknya amper sama dengan stupa lainnya, perbedaan yang menonjol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainnya. Seolah-olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur. Keberadaan stupa ini menempat relung-relung pada langkah II sampai V. Sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa stupa kecil ada 1.472 buah.

4.      Relief
Relief cerita dipahat pada Candi Borobudur itu sangat lengkap dan panjang yang tidak pernah ditemui ditempat lain di dunia, bahkan di India sekalipun. Bidang relief seluruhnya ada 1466 panel yang diukur memanjang mencapai 2500m. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu :
a.      Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks atau naskah.
b.      Relief hiasan, yaitu berupa hiasan pengisi bidang.
Relief cerita pada Candi Borobudur menggambarkan beberapa cerita, antara lain:
1)     Karmawibangga, terdiri atas 160 panel, dipahat pada kaki tertutup. Karmawibangga adalah relief yang mempunyai korelasi sebab akibat. Didalam zona kamadhatu, beberapa relief-relief karmawibangga menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, penyiksaan, dan penistaan. Tidak hanya menggambarkan perbuatan jahat, relief karmawibangga juga menggambarkan ajaran sebab akibat perbuatan baik.

2)     Lalitawistama, adalah relief yang menggambarkan riwayat sang Budha dari surge Tushita hingga kisah ajaran pertama yang beliau lakukan ditaman rusa yang terletak di kota Benarus. Relief Lalitawistama, terdiri atas 120 panel dipahat pada dinding lorong I bagian atas.

3)     Jataka dan Awadana, Jataka adalah cerita tentang Sang Budha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Sidharta. Awadhana juga berisi cerita jataka, namun tokoh ceritanya bukan Budha melainkan pangeran Sudhandhumara. Terdiri atas 720 panel di pahatkan pada lorong I bagian bawah, Balustrade lorong I atas dan bawah serta Balustrade II.

4)     Gandawyuha, adalah relief yang terpahat tapi didinding Borobudur. Berjumlah 460 panel yang terdapat di dinding serta pagar langkan, berkisah tentang sudhana putera seorang saudagar kaya yang berkelana dalam usahanya mencari pengetahuan tinggi atau upaya mencari kebenaran sejati.










BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan pengamatan serta penyusunan data di Candi Borobudur. Penulis menyimpulkan bahwa:
1.  Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia, serta  merupakan tempat wisata yang ramai dikunjungi turis dari dalam maupun luar negeri. Candi Borobudur sampain saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia, baik dari segi kepariwisataan, arkeologi dan pengetahuan maka dari itu kita harus menjaga dan mengenal kebih jauh.

2.  Candi Borobudur merupakan candi kuno peninggalan agama Budha yang merupakan campuran kebudayaan jawa dan Hindu-Budha.

3.  Borobudur sekarang selain tempat suci bagi umat Budha, adalah sebagai monumen kebudayaan bangsa dan monumen peninggalan sejarah serta menjadi pusat penelitian dari berbagai Negara, dan mempunyai daya tarik yang luar biasa.



B.    Saran
Setelah penulis mengamati dan menumpulkan, maka penulis menyarankan :
1.        Supaya tetap menjaga dan melestarikan Candi Borobudur yang menjadi tanggung jawab semua pihak.
2.        Sebagai bangsa yang baik, kita harus menghargai kebudayaan dan agama orang lain. Untuk mencapai terciptanya bangsa dan Negara damai dan tentram.
3.        Sebaiknya pemerintah pusat dan daerah harus lebih giat lagi untuk promosi candi-candi yang ada di Indonesia.













DAFTAR PUSTAKA

Madhori. Candi Borobudur sepanjang masa. Magelang
Rahaja. Aiaz. 2007. Candi Borobudur-pawon-mendut. Magelang: Percetakan Kupu
Yunizar,dkk.2017.pedoman penulisan laporan akhir siswa. Madrasah Aliyah Negeri 1 Pringsewu : Pringsewu












LAMPIRAN

Gambar 1 Candi Borobudur Hasil gambar untuk Candi Borobudur

Gambar 2 Arsitektur Candi Borobudur
Hasil gambar untuk Arsitektur Candi Borobudur


No comments:

Post a Comment