SEJARAH CANDI BOROBUDUR
SEBAGAI WARISAN BUDAYA
BANGSA
LAPORAN
OLEH :
DIAN SETIA KURNIAWAN
NISN : 0006176570
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PRINGSEWU
KABUPATEN PRINGSEWU
2017
SEJARAH CANDI BOROBUDUR
SEBAGAI WARISAN BUDAYA
BANGSA
LAPORAN
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat
Mengikuti
UAMBN Madrasah Aliyah Negeri 1 Pringsewu
Tahun
Ajaran 2017/2018
OLEH :
DIAN SETIA KURNIAWAN
NISN : 0006176570
MADRASAH
ALIYAH NEGERI 1 PRINGSEWU
KABUPATEN
PRINGSEWU
2017
PERSETUJUAN
Judul
Karya Tulis : SEJARAH CANDI
BOROBUDUR SEBAGAI
WARISAN BUDAYA BANGSA
Nama
Siswa : DIAN SETIA
KURNIAWAN
NISN : 0006176570
Jurusan : Matematika dan
Ilmu-Ilmu Alam (MIA)
Laporan ini disetujui oleh pembimbing
pada :
Hari/Tanggal :
Pembimbing
1
Siti
Nurhasanah S,Pd
NIP 198107022005012006
|
Pembimbing
2
Firdayati
S,Ag
NIP 197304152003122002
|
PENGESAHAN
1.
Tim Penguji
Ketua :
Drs.Hilal Fikri, M.M ( )
NIP 196910012005011001
Sekertaris : Yunizar, S.Pd. MM ( )
NIP
197606232003121001
Penguji : Diyah Yuniyarti, S.Pd.I ( )
NIP 197906072007102003
2.
Kepala MAN 1 Pringsewu
Drs. Nauval
NIP 196711211994031005
Laporan ini disahkan pada
tanggal : ………………………………………2017
PERSEMBAHAN
Laporan
ini saya persembahkan kepada :
1.
Ayahanda tercinta Dahyani dan Ibunda tercinta Baniati
yang telah membesarkan, mendidik, serta membiayai terwujudnya laporan ini.
2.
Adik M Fikri Alfandi yang selalu mendoakan.
MOTTO
“Kesuksesan adalah hasil dari kerja
keras”
(Penulis)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puja dan puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis “Sejarah Candi Borobudur Sebagai Warisan
Bangsa”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rosulullah SAW, Kepada
keluarga dan sahabat.
Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat mengikuti UAMBN dan UN Tahun Pelajaran 2017/2018 di
MAN 1 Pringsewu.
Selanjutnya penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulisan karya
tulis ini, baiik berupa dorongan moril maupun material, yaitu kepada :
1.
Bapak Drs. Nauval, selaku kepala MAN 1 Pringsewu
2.
Siti Nurhasanah, S.Pd selaku pembimbing I
3.
Ibu Firdayati, S.Ag selaku wali kelas dan pembimbing II
4.
Bapak dan Ibu guru MAN 1 Pringsewu
Pringsewu, 2017
Penulis
Dian
Setia Kurniawan
NISN
0006176570
RIWAYAT HIDUP
Penulis
lahir di Pajaresuk Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu pada tanggal 14
Maret 1999, merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Dahyani
dan Ibu Baniati.
PENDIDIKAN
NO
|
NAMA
|
TAHUN PELAJARAN
|
|
SEKOLAH
|
TEMPAT
|
||
1
|
SDN 1 Pajaresuk
|
Pajaresuk,
|
2012
|
2
|
SMP Muhammadiyah 1
|
Pringsewu
|
2015
|
3
|
MAN 1 Pringsewu
|
Pringsewu
|
Masih
ditempuh
|
Pringsewu, 2017
Penulis
Dian
Setia Kurniawan
NISN
0006176570
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................... iv
HALAMAN MOTTO.....................................................................
v
HALAMAN PENGANTAR............................................................
vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP....................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.............................................
1
B.
Rumusan Masalah.....................................................
1
1.
Identifikasi Masalah.............................................
1
2.
Perumusan Masalah.............................................
1
C.
Tujuan Laporan........................................................
2
D.
Manfaat laporan.......................................................
2
BAB II PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode Penelitian.....................................................
4
B.
Teknik Pengumpulan Data..........................................
4
C.
Sumber Data............................................................
5
D.
Langkah-Langkah Penelitian....................................... 5
E.
Teknik Pengelolaan dan Analisis Data.......................... 5
F.
Waktu Penelitian.......................................................
5
BAB III PEMBAHASAN
A.
Sejarah Candi Borobudur...........................................
6
B.
Candi Borobudur Diterlantarkan................................. 7
C.
Penemuan Kembali....................................................
10
D.
Penyelamatan Candi Borobudur.................................. 12
E.
Asal Usul Nama Candi Borobudur................................ 14
F.
Bangunan Candi Borobudur........................................
1
BAB IV KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan.................................................................
21
B.
Saran......................................................................
21
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 Arsitektur Candi Borobudur............................................
24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiliki banyak peninggalan bersejarah. Salah
satu diantaranya adalah Candi Borobudur yang berlokasi di desa Borobudur
Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Bukan hanya
menjadi peninggalan sejarah, Candi Borobudur merupakan budaya Indonesia
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi
masalah
Sejarah pembangunan
Candi Borobudur yang akurat dan akuntabel sampai saat ini belum ditemukan
karena tidak ditulis secara jelas dan rinci. Adapun informasi tentang
pembangunan candi hanya dapat dari cerita rakyat dan apa yang tersurat pada
relief candi.
Mengenai berapa
lama dibangun, bagaimana teknik membangun dengan peralatan apa dibangun, dan
sebagainya. Para arkeolog dan sejarawan belum berani memastikan.
2.
Perumusan Masalah
Dalam menyusun laporan ini, penyusun
merumuskan masalah yaitu:
1.
Bagaimana Sejarah Candi Borobudur?
2.
Dimana letak Candi Borobudur?
3.
Bagaimana penyelamatan yang dilakukan di Candi
Borobudur?
4.
Bagaimana bangunan Candi Borobudur?
C. Tujuan Penulisan
a.
Mengenal lebih lanjut tentang sejarah masa lalu Candi
Borobudur
b. Menambah wawasan
dan pengetahuan pada siswa mengenai Candi Borobudur
c.
Mengetahui cara untuk melestarikan keindahan Candi
Borobudur
d. Belajar
mencintai dan melindungi warisan Budaya Bangsa
e.
Melatih dari dalam menyusun suatu masalah kedalam bentuk
tulisan
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap
penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1.
Bersifat Teoritis
a.
Memperoleh pengetahuan dan berbagai macam informasi
tentang Objek Wisata Candi Borobudur.
b.
Menambah wawasan keilmuan bagi pelajar dan pengetahuan
tentang sejarah Candi Borobudur.
2.
Bersifat Praktis
Secara
praktis, penelitian ini diharapkan daoat memberikan gambar mengenai keadaan
Candi Borobudur supaya tetap mempertahankan pesonanya di kancah dunia.
BAB II
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam
memperoleh data untuk karya tulis ini penyusun melakukan beberapa cara :
1. Melakukan
tinjauan langsung ke Candi Borobudur di Magelang, Yogyakarta.
2. Melakukan study
literatus untuk mencari data di perpustakaan MAN 1 Pringsewu
3. Mencari
informasi seputar melalui internet.
B. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Teknik
observasi digunakan untuk mengumpulkan data awal selama penelitian di objek
Candi Borobudur.
b. Studi Pustaka
Teknik
studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan menggunakan
semua bahan tertulis yang relevan dengan pembahasan karya tulis. Dalam hal ini
penulis membaca buku yang berkaitan dengan Candi Borobudur.
c. Sumber Data
Sumber
data sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan tentang Candi Borobudur,
data-data penelitian.
d. Langkah-langkah Penelitian
Untuk
melakukan penelitian ini penulis malakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Tahap Perencanaan
2.
Observasi
3.
Mengumpulkan data
e. Teknik pengolahan dan Analisis Data
Untuk
mengolah dan menganalisis data penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah
:
1.
Mengklasifikasikan data
2.
Menganalisis data
3.
Memberi kesimpulan
f. Waktu Penelitian
Penelitian
ini penulis laksanakan di objek wisata Candi Borobudur waktu penelitian yaitu
pada tanggal 19 Desember 2016.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah Candi Borobudur
1. Pendiri dan
Waktu Didirikan
a.
Pembangunan
Tidak ditemukan bukti tertulis yang
menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu
pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis
di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada
prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar
tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M,
masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu
dipengaruhi KemaharajaanSriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan
menghabiskan waktu 75 – 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa
pemerintahan raja Samaratunggapada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta
mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha.
Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang
taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomertomenunjukkan bahwa mereka
mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.Pada
kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu.
BerdasarkanPrasasti Canggal, pada
tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci
Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2
mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun
waktu yang amper bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun
demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima
tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar
tahun 850 M.
Akan tetapi diduga terdapat
persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu wangsa sailendra yang
menghapus Budha dan wangsa sanjaya yang memuja siwa yang kemudian wangsa
sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidak
jelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan. Candi megah
yang dibangun oleh pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa sanjaya untuk
menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa sailendra, akan tetapi banyak pihak
percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian
antara kedua wangsa ini.
b.
Tahap Pembangunan Bodobudur
Para ahli arkeologi menduga bahwa
rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai
puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan berat ini
membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang Borobudur
memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan
stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut adalah perkiraan
tahapan pembangunan Borobudur.
Tahap pertama: Masa pembangunan
Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur
dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar
diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit,
bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai
cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu
lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada
tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur
asli piramida berundak.
Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan
relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas
gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
B.
Candi Borobudur Ditelantarkan
Borobudur tersembunyi dan terlantar
selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang
kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu
benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur
ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti
sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada
kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan
Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan
apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi
beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada
periode ini.
Setelah kembali ke amper, sang
Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan
Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai
tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga dikaitkan
dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang
mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga, mungkin
setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini pernah
menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria.
C. Penemuan kembali
Setelah Perang Inggris-Belanda dalam
memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada
kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur
Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan
artefak-artefak ampe kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah
dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat
setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di
Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di
dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Karena berhalangan dan tugasnya sebagai
Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan
mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan
bangunan besar ini.
Dalam dua bulan, Cornelius beserta
200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit
Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena
ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia
melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar
sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa
kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta
menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini
Bagian
candi Borobudur dicuri sebagai benda cenderamata, arca dan ukirannya diburu
kolektor benda ampe. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah
satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja
Thailand, Chulalongkorn
ketika mengunjungi Jawa di Hindia
Belanda (kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki
beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan
menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur.
Artefak
yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu
dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan
gerbang, dan arca penjaga dwarapala
yang pernah berdiri di Bukit Dagi beberapa ratus meter di barat laut Borobudur.
Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional Bangkok
D. Penyelamatan Candi Borobudur
1.
Pemugaran Pertama Candi Borobudur
Karena keadaan Candi Borobudur kian
memburuk maka pada tahun 1900 dibentuk suatu panitia khusus, diketuai Dr.
J.L.A. Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr. J.L.A. Brandes meniggal tahun 1905
namun laporan bersama yang disusun tahun 1902 membuahkan rancangan pemugaran.
Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh
Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun sampai tahun 1911 dengan
biaya sekitar 100.000 Gulden dan sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan,
diketahui adanya pengrusakan sengaja yang dilakukan oleh wisatawan asing yang
rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobudur.Kemudian pada tahun 1926
dibentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu dan
relief-reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada tiga macam kerusakan yang
masing-masing di sebabkan oleh:
1. korosi, yang
disebabkan oleh pengaruh iklim
2. kerja mekanis,
yang disebabkan tangan manusia atau kekuatan lain yang datang dari luar
3. kekuatan
tekanan, kerusakan karena tertekan atau tekanan batu-batunya berupa
retak-retak, bahkan pecah.
2.
Pemugaran Kedua Candi Borobudur
Usaha penyelamatan berikutnya
dilakukan pada tahun 1963 oleh pemerintah Republik Indonesia dengan adanya
pemberontakan G-30-S/PKI. Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia
membentuk Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi
Borobudur. Pada tahun itu juga UNISCO akan membantu pemugaran. Pada tahun 1969
Presiden membubarkan Panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada Mentri
Perhubungan, bahkan pada tahun 1970 atas prakarsa UNISCO diadakan diskusi panel
di Yogyakarta untuk membahas rencana pemugaran. Kesepakatan yang diperoleh
adalah membongkar dan kemudian memasang kembali batu-batu bagian Rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973
Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Candi Borobudur. Persiapan
pemugaran memakan waktu selama dua tahun dan kegiatan fisiknya yaitu dimulai
pembongkaran batu-batu candi dimulai tahun 1975. Dengan menggerakan
lebih dari 600 pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan Candi yang di
pugar adalah bangunan rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk
bujur sangkar.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun.
Dan pada tanggal 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai
dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan ditandai penandatangan prasati.
E.
Asal Usul Nama Candi Borobudur
Banyak teori yang berusaha
menjelaskan nama candi Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini
kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya “gunung” (bhudara)
di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa
etimologi rakyat lainnya.
Misalnya kata amperur berasal dari
ucapan “Para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi amperur. Penjelasan
lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara
konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan
beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang
berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di
tanah tinggi.
F.
Bangunan Candi Borobudur
1.
Arsitektur Bangunan
Candi
Borobudur di bangun menggunakan batu adhesit sebanyak 55.000. Bangunan Candi
Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tangga naik ke-4 sisinya (utara,
selatan, barat, timur). Pada candi tidak ada ruangan dimana orang takbisa
masuk, melainkan bisa naik ke atas saja.
-
Lebar bangunan Candi Borobudur = 123 meter
-
Panjang bangunan Cabdi Borobudur = 123 meter
-
Tinggi bangunan Cabdi Borobudur = 34,5 meter
-
Keliling Cabdi Borobudur = 492 meter
Candi Borobudur mempunyai
bilik atau ruang didalamnya, oleh karena itu, bukan hanya berfungsi untuk
bangunan candi, sesungguhnya ada jenjang-jenjang dan lorong-lorong dimaksudkan
sebagai pengantar serta pemandu para pengunjung untuk menuju ke puncak melalui
jalan keliling dari satu tingkat ke tingkat berikutnya.
Jalan atau lorong
setingkat demi setingkat sesuai dengan aliran Budha, adapun tingkatan-tingkatan
itu pada dasarnya dapat pula diterapkan dalam pembagian alam semesta menjadi
tiga dunia.
1.
Kamadhatu (Dunia Paling Bawah)
Disebut
juga sebagai dunia hasrat, dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan
dikuasai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, relif-relif ini terdapat pada kaki
candi yang asli menggambarkan adegan-adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan
hukum sebab akibat.
2.
Rupadhatu (Dunia Yang Lebih Tingg)
Disebut
juga sebagai dunia dalam rupa, dalam tingkatan ini manusia telah meninggalkan hasratnya
tetapi masih terikat pada nama dan rupa. Bagian ini terdapat pada tingkat 1
sampai 5.
3.
Arupadhatu (Dunia Yang Tinggi)
Sama
dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, yaitu tempat para dewa. Bagian ini
terdapat pada teras I, II dan III beserta stupa induk.
2.
Patung
Didalam
bangunan Budha terdapat patung-patung Budha berjumlah 504 buah, diantaranya:
Patung
Budha pada ruang-ruang terdapat 432 buah, pada teras I, II, III terdapat 72
buah, sehingga jumlah total 504 buah.
Agar
lebih jelas susunan-susunan patung Budha sebagai berikut:
Langkah
kesatu : 104 patung Budha
Langkah
kedua : 104 patung Budha
Langkah
ketiga : 88 patung Budha
Langkah
keempat : 72 patung Budha
Langkah
kelima : 64 patung Budha
Teras
bundar kesatu : 32 patung Budha
Teras
bundar kedua : 24 patung Budha
Teras
bundar ketiga : 16 patung Budha
Jumlah
: 504 patung
Budha
Sekilas
patung Budha itu tampak serupa semuanya, tetapi sesunguhnya ada juga
perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah dalam setiap tangannya yang di
sebut Mudra yang merupakan ciri khas untuk setiap patung. Sikap tangan patung
Budha di Candi Borobudur ada 6 macam karena keenam macam mudra yang di miliki
menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) dan pada umumnya
menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5 mudra itu
adalah Bhumispara Mudra, Dhayana Mudra, Abhaya Mudra, dan Dharma Cakra Mudra.
Pada
Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa, jumlah patung
singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi, bila dihitung jumlahnya
kurang karena berbagai sebab.
3.
Stupa
Pada
Candi Borobudur terdapat beberapa stupa, antara lain :
a.
Stupa Induk
Berukuran
lebih besar dari stupa-stupa lainnya. Terletak di tengah-tengah paling atas
yang merupakan mahkota dari seluruh monumen Candi Borobudur. Garis tengah stupa
induk 9,90 meter, puncak yang paling tinggi disebut pineka.
b.
Stupa Berlubang
Merupakan
stupa yang terdapat pada teras I, II, III dimana didalamnya terdapat patung
budha.
c.
Stupa kecil
Bentuknya
amper sama dengan stupa lainnya, perbedaan yang menonjol adalah ukurannya yang
lebih kecil dari stupa yang lainnya. Seolah-olah menjadi hiasan bangunan Candi
Borobudur. Keberadaan stupa ini menempat relung-relung pada langkah II sampai
V. Sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa stupa kecil ada
1.472 buah.
4.
Relief
Relief
cerita dipahat pada Candi Borobudur itu sangat lengkap dan panjang yang tidak
pernah ditemui ditempat lain di dunia, bahkan di India sekalipun. Bidang relief
seluruhnya ada 1466 panel yang diukur memanjang mencapai 2500m. Sedangkan jenis
reliefnya ada 2 macam yaitu :
a.
Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks
atau naskah.
b.
Relief hiasan, yaitu berupa hiasan pengisi bidang.
Relief cerita pada Candi
Borobudur menggambarkan beberapa cerita, antara lain:
1)
Karmawibangga, terdiri atas 160 panel, dipahat pada kaki
tertutup. Karmawibangga adalah relief yang mempunyai korelasi sebab akibat.
Didalam zona kamadhatu, beberapa relief-relief karmawibangga menggambarkan hawa
nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, penyiksaan, dan penistaan. Tidak hanya
menggambarkan perbuatan jahat, relief karmawibangga juga menggambarkan ajaran
sebab akibat perbuatan baik.
2)
Lalitawistama, adalah relief yang menggambarkan riwayat
sang Budha dari surge Tushita hingga kisah ajaran pertama yang beliau lakukan
ditaman rusa yang terletak di kota Benarus. Relief Lalitawistama, terdiri atas
120 panel dipahat pada dinding lorong I bagian atas.
3)
Jataka dan Awadana, Jataka adalah cerita tentang Sang
Budha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Sidharta. Awadhana juga berisi cerita
jataka, namun tokoh ceritanya bukan Budha melainkan pangeran Sudhandhumara.
Terdiri atas 720 panel di pahatkan pada lorong I bagian bawah, Balustrade
lorong I atas dan bawah serta Balustrade II.
4)
Gandawyuha, adalah relief yang terpahat tapi didinding
Borobudur. Berjumlah 460 panel yang terdapat di dinding serta pagar langkan,
berkisah tentang sudhana putera seorang saudagar kaya yang berkelana dalam
usahanya mencari pengetahuan tinggi atau upaya mencari kebenaran sejati.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan pengamatan serta
penyusunan data di Candi Borobudur. Penulis menyimpulkan bahwa:
1. Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia,
serta merupakan tempat wisata yang ramai
dikunjungi turis dari dalam maupun luar negeri. Candi Borobudur sampain saat
ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia, baik dari segi kepariwisataan,
arkeologi dan pengetahuan maka dari itu kita harus menjaga dan mengenal kebih
jauh.
2. Candi Borobudur merupakan candi kuno peninggalan agama Budha yang
merupakan campuran kebudayaan jawa dan Hindu-Budha.
3. Borobudur sekarang selain tempat suci bagi umat Budha, adalah sebagai
monumen kebudayaan bangsa dan monumen peninggalan sejarah serta menjadi pusat
penelitian dari berbagai Negara, dan mempunyai daya tarik yang luar biasa.
B. Saran
Setelah penulis mengamati dan menumpulkan, maka
penulis menyarankan :
1.
Supaya tetap menjaga dan
melestarikan Candi Borobudur yang menjadi tanggung jawab semua pihak.
2.
Sebagai bangsa yang baik, kita
harus menghargai kebudayaan dan agama orang lain. Untuk mencapai terciptanya
bangsa dan Negara damai dan tentram.
3.
Sebaiknya pemerintah pusat dan
daerah harus lebih giat lagi untuk promosi candi-candi yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Madhori. Candi Borobudur sepanjang masa.
Magelang
Rahaja. Aiaz. 2007. Candi Borobudur-pawon-mendut.
Magelang: Percetakan Kupu
Yunizar,dkk.2017.pedoman penulisan laporan akhir
siswa. Madrasah Aliyah Negeri 1 Pringsewu : Pringsewu
LAMPIRAN
Gambar 1 Candi Borobudur
Gambar 2
Arsitektur Candi Borobudur
No comments:
Post a Comment